Agustina Loisa Rumbauri: Tanaman Obatku Berbuah Manis

Tulisan keempat Winarti (klik Gelombang Cinta di Kabare, Dunia Tidak Lagi Sunyi, Renungan di Hari Milik Kita) kali ini mengangkat figur Suster Agu. Kenapa sosok tenaga kesehatan tradisional (nakestrad) Puskesmas Pasir Putih ini yang dikisahkan? Ini tak lepas dari keberhasilan Kelompok Asman Bougenvil memenangkan Penilaian Asuhan Mandiri Pemanfaatan TOGA dan Akupresur Tingkat Provinsi Papua Barat Tahun 2018. Penyerahan hadiahnya dilakukan pada 14 November 2018. Kiranya keuletan figur inspiratif ini dalam mengembangkan program pelayanan kesehatan tradisional di Puskesmas dapat menginspirasi nakestrad dan tenaga kesehatan lainnya di Papua Barat. Bravo.

-DoVic 151118-

Agustina Loisa Rumbauri, AMK, yang akrab disapa Suster Agu, lahir di Erai 4 September 1987, seorang ASN yang kesehariannya bekerja sebagai perawat di Puskesmas Pasir Putih Kabupaten Manokwari. Saya mengenalnya saat kami masih satu tempat kerja di Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari. Saat itu, beliau masih tenaga magang sebelum Surat Keputusan (SK) Penempatan Tugasnya sebagai ASN ditempatkan di Puskesmas Pasir Putih, beberapa tahun silam. Predikat nakestrad (tenaga kesehatan tradisional) disandangnya setelah mengikuti Pelatihan Akupresur dan Asuhan Mandiri (Asman) Pemanfaatan TOGA yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat tahun 2016 lalu.

2
Sesi wawancara penulis dengan Suster Agu, 10 November 2018.

Setelah menjalani pelatihan akupresur dan mengikuti kegiatan Asuhan Mandiri Pemanfaatan TOGA, hal pertama yang dilakukannya adalah pendataan hattra (penyehat tradisional) yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pasir Putih, lalu menyusun program kerja, sosialisasi dan melatih ke kader-kader. “Awalnya mereka menolak Kak, namun saya tetap melakukan pendekatan-pendekatan dan akhirnya bisa diterima. Itu di Kampung Ayambori,” tuturnya saat sesi wawancara.

“TOGA pertama dikembangkan di Kampung Ayambori, lalu ke Kampung-Kampung lainnya seperti Arowi (tempat Kelompok Asuhan Mandiri Bougenvil), Kampung Susweni, Kampung Bakaro dan Kampung Aipiri. Hanya saja di Kampung Ayambori, masyarakat setempat menjual tanaman tersebut seperti sereh dan jahe, sehingga untuk tanaman lainnya tidak terlalu diperhatikan. Sedangkan untuk Kampung Susweni, kendalanya adalah banyaknya ternak yang tidak dikandangkan hingga merusak tanaman obat yang telah ditanam. Kalau di Kampung Aipiri tanamannya kurang subur, karena kader-kader di situ kurang aktif,” lanjut Suster Agu.  

5
Aktivitas pembinaan kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pasir Putih oleh Suster Agu.

Kegigihannya untuk mengembangkan kesehatan tradisional di wilayah kerja Puskesmas tempatnya bekerja patut diacungi jempol. Bagaimana tidak? Tak sedikit tantangan yang dihadapinya, mulai dari penolakan masyarakat hingga kurangnya dukungan dari pihak-pihak yang seharusnya memberikan dukungan. Namun, semua itu tak membuatnya patah semangat. Saat sesi wawancara, Suster Agu menuturkan bahwa dalam membina kader dia harus penuh kesabaran, karena bisa saja hari ini dilatih untuk titik-titik akupresur, tapi besok pasti dia akan lupa lagi. “Begitupun ketika saya mengajar mereka untuk membuat puding dari lidah buaya yang berkhasiat untuk mencegah sembelit (konstipasi), itu harus saya ulang beberapa kali, Kak,” tuturnya.

4
Buah manis dari Asuhan Mandiri TOGA.

Dan saat ada pemberitahuan tentang penilaian lomba asuhan mandiri kesehatan tradisional dia langsung ke Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari untuk menemui Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional untuk meminta dukungan. Namun, yang ditemuinya kurang merespon hingga sempat merasa kecewa.

Tak mendapat dukungan tak menjadikan semangatnya surut. Itu malah menjadikannya tambah bersemangat dan berjanji kepada dirinya sendiri untuk membuktikan bahwa dengan berbekal dukungan dari rekan kerjanya di Puskesmas, dia akan tetap membawa kelompok Asmannya untuk mengikuti lomba.

Berbagai persiapan dilakukan, mulai dari menambah koleksi tanaman yang ada, menata letak tanaman, hingga mempersiapkan dokumen berupa profil kelompok yang dibinanya. Bahkan, diapun melibatkan suaminya untuk ikut membantu membuat rak tanaman.

Dan saat Tim Penilai dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat melakukan penilaian di kelompok Asman Bougenvil binaannya, terlihat jelas sekali kalau mereka sudah mempersiapkan diri jauh-jauh hari. Ini nampak jelas dari kemampuan para kader untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari tim dan mengisi instrumen penilaian secara mandiri.

3
TOGA yang dikembangkan bersama Kelompok Asman Bougenvil.

Hasil tak pernah mengkhianati usaha. Saat rapat pembahasan, maka Tim Penilai dan Tim Penyelenggara Penilaian Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional melalui Pemanfaatan TOGA dan Akupresur bersepakat menetapkan Kelompok Asman Bougenvil binaannya sebagai Pemenang I.

IMG-20181114-WA0119
Kelompok Asman Bougenvil menjadi pemenang I. 

Saat wawancara dengan penulis tanggal 10 November lalu, nampak jelas matanya berkaca-kaca, bukan karena bersedih tetapi karena bahagia. Apa yang diperjuangkannya selama ini berhasil. Tanaman obat yang ditanamnya membuahkan hasil yang manis.

Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog di WordPress.com

Atas ↑