#kabardaritimur: Ketika Mereka Menyapa

#kabardaritimur mengunjungi pembaca kembali (klik #kabardaritimur: Jangan Takut! Ada Kami Di Sini). Kali ini Brema si penulis, Nusantara Sehat pada Puskesmas Warmare, Kabupaten Manokwari menyadarkan kita melalui kisahnya. Apa yang kita tabur sekarang, mungkin sekali tidak kita tuai segera. Beruntunglah, jika kita masih bisa melihat hasil tuaian.

-DoVic 041119-

“A simple act of caring make an endless ripple”

Pagi itu terasa berbeda ketika mereka bertiga datang menyapa. Siapa mereka? Pertanyaan ini terlintas dalam pikiran penulis sambil penulis membalas sapa dari mereka. Sambil menuju ke ruangan, penulispun meninggalkan mereka bertiga yang sedang menunggu nama mereka dipanggil untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas Warmare. Saat penulis kembali berjalan di depan mereka, istri Tn. Toni pun berkata, “Paman.. ko pasti lupa kita toh”.

Sayapun menghentikan langkah dan berkata, “Aduh, minta maaf sa juga ada pikir ini. Sa lupa jadi karna kam pu muka ini hampir sama semua buat sa jadi masih ada pikir.”

“Aduh Paman, ini kita yang kemarin Paman ada nasehati kita di ruangan. Paman yang bilang nyong harus dikasih sa pu susu jangan susu sapi itu.” sambut istri Tn. Toni.

Sambil melihat kembali mereka dengan baik, ternyata mereka adalah pasangan suami istri yang tahun lalu penulis berikan konseling tentang pola asuh anak. Pada saat itu penulis menemukan mereka dalam keadaan membawa bayi mereka yang sedang sakit dan kondisinya pasangan suami istri ini memberikan susu formula pada bayinya.

Melihat kondisi tersebut waktu itu membuat penulis sedikit geram. Tahun lalu pada saat mereka berkunjung di Puskesmas Warmare belum memiliki dokter. Jadi, pada saat itu penulis sering berada di poli umum untuk memberikan konseling kesehatan kepada pasien setelah diperiksa oleh perawat.  Setelah bayi mereka diperiksa di ruang Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), penulis mengajak mereka untuk mendapatkan konseling kesehatan.

Bermodalkan kit menyusui yang ada di gudang Puskesmas, penulis mencoba mengedukasi pasangan suami istri ini. Awalnya penulis bertanya usia mereka dan sudah berapa lama menikah. Ternyata saat itu usia mereka masih tergolong muda dan baru saja menikah dan memiliki bayi.

Penulis bertanya bagaimana cara mereka mengasuh dan merawat anaknya. Saat itu pasangan suami istri ini masih sangat bingung untuk menjawab pertanyaan penulis dikarenakan mereka juga belum terlalu paham untuk menjadi orang tua.

Pertanyaan pun berlanjut pada saat itu, penulis bertanya usia bayi dan kenapa mereka memilih memberikan susu formula daripada memberikan Air Susu Ibu (ASI). Saat itu mereka menjawab bayi masih berusia beberapa minggu dan memberikan alasan tidak memberikan ASI karena anak tidak baik dalam mengisap puting susu ibu dan ASI tidak ada yang keluar.

Bermodalkan kit menyusui yang penulis temukan di gudang Puskesmas dan pengalaman saat pelatihan yang diberikan oleh SELASI (Sentra Laktasi Indonesia) penulis pun menjelaskan dan mempraktikkan dengan menggunakan kit menyusui cara untuk menyusui anak, memerah susu dan memijat payudara.

Awalnya penulis berfikir apakah hal yang penulis lakukan sudah tepat dan tidak menyinggung mereka. Tapi penulis berfikir positif apabila mereka tidak diedukasi hari itu, maka kasihan untuk bayinya tidak mendapatkan hak untuk memperoleh ASI selama enam bulan bahkan lebih. Penulis tidak membiarkan pasangan suami istri ini untuk meninggalkan ruangan sebelum mereka paham betul terkait cara menyusui bayi.  Dalam konseling saat itu penulis menegaskan dalam mengasuh anak bukan hanya peranan istri saja akan tetapi peranan seorang suami sangat diperlukan.

Penulis mengingatkan dan mengajak suami untuk menjadi suami/ayah siaga untuk keluarganya. Bagaimana sebagai kepala keluarga suami harus cekatan dan cepat dalam mengambil dan peduli terhadap kesehatan setiap anggota keluarganya. Tidak ada perbedaan antara suami dan istri dalam bertanggungjawab terhadap kesehatan dari anak mereka. Penulis juga memberitahukan suami untuk dapat mendukung istri dalam memberikan ASI kepada bayi mereka. Penulis memberikan edukasi cara memijat payudara kepada suami agar suami dapat membantu istri dalam hal terkecil dan yang sering kali dianggap aneh. Sambil tersenyum pasangan suami istri ini merespon saya kala itu.

6b
Penulis memberikan konseling tentang pola asuh anak pada keluarga Tn. Toni Iwow pada tahun 2018.

Tak disangka sudah setahun berlalu dan penulis pun bertemu dengan mereka. Saat sudah menyadari dan mengingat mereka, penulis memegang tangan anak mereka untuk memeriksa apakah anak mereka diberikan ASI atau tidak sambil berkata, “Ini kam pu anak, atau sapi pu anak?”.

“Ah… paman, ini kitong pu anak. Sa kasih sa pu susu,” sambut istri Tn. Toni sambil tersenyum karena tahun lalu saya berkata kalau seorang ibu beri anaknya susu sapi tapi sebenarnya ibunya bisa berikan susunya (dalam kondisi ibu sehat dan tidak berisiko menularkan penyakit menular kepada anaknya) berarti anak itu adalah anak sapi.

“Paman, semenjak paman bilang kitong itu .. susu langsung kitong buang”, kata Tn. Toni sambil menunjukkan ekspresi bangga telah mengambil keputusan membuang susu formula.

“Sio… sayang sekali oo.. beli susu mahal-mahal tapi akhirnya dibuang,” ujar penulis sambil tersenyum kepada mereka.

“Tidak paman, sa pu anak lebih mahal,” jawab Tn. Toni.

“Baguslah kalau begitu, lalu anak sekarang su berapa? Papua masih luas ni,” tanya penulis.

“Masih satu, Paman. Tunggu nyong besar dulu. Kan kemarin Paman bilang begitu”, jawab Tn. Toni.

Penulis pun tersenyum dan berkata sambil memegang anak mereka, “Tuhan berkati.” Lalu penulis pergi meninggalkan mereka. Tak pernah terbayangkan oleh penulis jika hari ini bertemu dengan mereka. Dalam hati penulis berkata benarlah kalimat “Tidak peduli siapa yang menabur, siapa yang menyiram karena Tuhan yang memberikan pertumbuhan.” Ketika mereka menyapa dan mengingat mereka kembali menjadi sebuah hadiah yang Tuhan berikan kepada penulis. Lakukan apa yang menjadi bagianmu, maka Tuhan akan melakukan apa yang menjadi bagianNya.

Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog di WordPress.com

Atas ↑