“Jamban Sehat Sudah Ada, Kami Butuh Air Bersih Juga”

Membaca postingan di bawah ini, serasa mengikuti acara TV masa lalu, “Dari Desa Ke Desa”. Si penulis, Sahib Sangadji, Amd.KL, peserta Nusantara Sehat di Puskesmas Saonek, Kabupaten Raja Ampat, menceritakan dengan rinci gerak pembangunan di Kampung Wawiai. Melengkapi tulisan-tulisan sebelumnya seputar Kesehatan Lingkungan (klik Bersih Lingkunganku, Sehat Warga Kampungku, Kreasi Tanpa Batas, Gerak Bersama Wujudkan Kampung Sadar Sanitasi), tulisan ini menampilkan citra positif pembangunan di Tanah Papua.

-DoVic 201119-

R4 2.jpg
Kampung Wawiai, Distrik Saonek, Kabupaten Raja Ampat.

Kampung Wawiai yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Saonek, Distrik Waigeo Selatan, Kabupaten Raja Ampat pada bulan Agustus 2019 telah mendapatkan bantuan jamban sehat sebanyak 50 buah. Bantuan tersebut berasal dari Pemerintah Kabupaten Raja Ampat melalui Dinas Pekerjaan Umum dengan sumber dana dari APBD Tahun Anggaran 2019. Waktu pelaksanaan dimulai pada akhir Agustus yang lalu dan masih terus berlangsung hingga saat ini dan realisasinya telah mencapai 95%.

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Kampung Wawiai terdiri atas tiga RT, 67 buah rumah, 69 Kepala Keluarga (KK) dan 278 jiwa. Dari bangunan rumah yang ada, rumah yang semi permanen sebanyak 56 buah berposisi di daratan kampung dan sebelas rumah lainnya berada di daerah tepian pantai dan di atas permukaan laut. Berdasarkan data Puskesmas Saonek tahun 2018, di Kampung Wawiai terdapat tiga buah jamban komunal (WC Umum) yang diakses oleh 20 KK atau 89 jiwa. Jamban milik pribadi berjumlah enam buah yang diakses oleh tujuh KK atau 22 jiwa. Sedangkan 42 KK atau 167 jiwa masih membuang tinja pada WC gantung, di hutan dan tepian pantai. 

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Dengan adanya bantuan jamban sehat kepada warga masyarakat Kampung Wawiai, maka menambah jumlah kepemilikan jamban milik pribadi menjadi 56 buah. Dari 50 buah bantuan jamban sehat itu, 49 buah dibangun di perumahan warga dan satu buah dibangun di rumah ibadah (gereja). Dengan demikian, sudah 56 rumah yang tersedia jamban sehat. Sisanya sebanyak sebelas rumah masih dalam keadaan mengapung di atas permukaan laut (rumah panggung). Pemerintah Kampung setempat berencana membangun rumah semi permanen pada daratan kampung  menggantikan rumah panggung yang berada di atas permukaan air laut atau tepian pantai melalui Program Bantuan Perumahan Sosial dengan sumber dana dari Anggaran Dana Desa.

Pembangunan lima puluh buah jamban sehat itu dilakukan di tiga RT, dimulai dari RT 1 dan 2 dibangun sebanyak empat puluh buah jamban, sedangkan di RT 3 hanya dibangun sepuluh buah jamban. Mengapa lebih sedikit? Karena RT 3 merupakan daerah pemekaran baru yang hanya terdapat sepuluh buah rumah yang jaraknya dari RT 2 sekitar kurang lebih 200 meter. Pada RT 1 dan RT 2, saat ini pembangunannya sudah 100% selesai dan sudah dimanfaatkan oleh warga. Sedangkan yang di RT 3 proses pembangunan jamban sudah mencapai 95% dan ditargetkan dalam akhir bulan ini  (November 2019) pembangunan sudah rampung.

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Saat dilakukan wawancara survei kepuasan pemakaian jamban sehat yang sudah dibangun kepada masing-masing lima warga RT 1 dan RT 2 pada tanggal 14 November 2019,  mereka menyatakan sangat puas. Mereka mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berterima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Raja Ampat yang sudah memberikan bantuan pembangunan jamban sehat ini.

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

“Masyarakat Kampung Wawiai terkait dengan adanya bantuan jamban ini, sebetulnya sudah menjadi impian masyarakat selama ini, sehingga ketika ini ada, kami masyarakat sangat bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Pemerintah Kabupaten Raja Ampat. Lebih lagi kalau jamban ini digunakan sesuai fungsi oleh kami masyarakat Kampung Wawiai,” ujar Bapak Kapatsai, salah satu tokoh masyarakat Kampung Wawiai.

Kapatsai menambahkan, “Ada satu kendala lagi yaitu keterbatasan air bersih. Kalau menggunakan jamban sudah tentu harus ada air, karena air itu sangat penting.” Lanjutnya lagi, “Awalnya sebelum pematangan kampung atau penggusuran untuk pelebaran kampung, pemerintah pernah bangun bak air sekaligus pipanisasi ke rumah-rumah warga. Tapi setelah pematangan, semua sudah tergusur. Sehingga saat ini kami punya harapan, jamban sudah ada, ke depan mungkin pemerintah punya perhatian untuk hal ini, sehingga masyarakat ketika gunakan air berarti keterlibatannya langsung menggunakan jamban tetapi menjaganya itu bisa nampak. Karena percuma kalau sudah membangun jamban baru tidak ada air. Sudah barang tentu kebiasaan untuk menggunakan tempat lain di luar jamban itu akan selalu ada saja, karena dia lebih suka pilih lebih ke tanjung-tanjung ka karena kan gampang. Artinya airnya mudah didapat. Tapi kalau ke jamban ambil air di mana lagi. Nah, ini yang terkadang menjadi keluhan kami. Ya, mudah-mudahan ke depan bisa diperhatikan oleh Pemerintah Kabupaten, Provinsi hingga Pusa,t yang kami masyarakat Wawiai sangat cintai ini.“

Bulan September air masih tersedia (kiri), bulan Oktober hingga November airnya sudah mengering (kanan).

Kepala Badan Musyawarah Kampung (Bamuskam) Kampung Wawiai juga menambahkan, “Kami sangat berterima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada Pemerintah yang saat ini sudah memberikan kami bantuan bangunan jamban sehat. Bantuan ini sangat membantu kami. Namun, kami masih kesulitan air bersih. Apalagi kalau musim kemarau, kami kesulitan air sekali. Namun, kami punya komitmen, Pemerintah Kampung dan masyarakat Kampung Wawiai akan menjaga bangunan jamban ini, selalu membuang air besar pada jamban dan tidak lagi Buang Air Besar pada tempat lain. Mungkin, dalam bulan ini atau bulan depan Pemda Raja Ampat sudah membangun bak air dilengkapi dengan pipanisasi ke rumah-rumah warga. Entah itu sumber airnya dari mata air gunung atau pengeboran. Lain cerita dengan RT 3 yang biasa disebut dengan kampung baru, air bersihnya tersedia karena ada terdapat empat buah sumur gali umum. Pokoknya ketersediaan air di sana, tidak sesulit di dua RT ini.“

Empat buah sumur gali umum di RT 3 Kampung Wawiai.

Telah terlihat suatu perubahan yang sangat signifikan di mana yang pada tahun 2018 yang hanya terdapat enam buah jamban sehat, saat ini berkat bantuan dan kepedulian Pemerintah terhadap masyarakat di Kampung Wawiai jumlah jamban sehat bertambah lima buah, sehingga totalnya menjadi 56 buah. Telah nampak peningkatan kesehatan yang lebih merata, karena setiap warga negara berhak mendapatkan kesehatan yang layak. Faktor lingkungan berperan penting dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat, selain dari faktor perilaku, genetik dan pelayanan kesehatan. Seperti dikemukakan oleh H. L Blum, derajat kesehatan masyarakat atau individu dipengaruhi oleh faktor genetik, perilaku, lingkungan dan pelayanan kesehatan. Faktor perilaku merupakan faktor yang sangat dominan dalam mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat selain kondisi lingkungan. Dengan diwujudkannya perilaku hidup bersih dan sehat, lingkungan yang bersih dan sehat   melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan diharapkan dapat menurunkaan angka kesakitan di masyarakat.

Bangunan jamban sehat yang dibangun oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Raja Ampat.

Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog di WordPress.com

Atas ↑